Berita

Pengidap ODGC Terus Naik, IPI Kolaborasi Dengan Pemerintah Daerah

150
×

Pengidap ODGC Terus Naik, IPI Kolaborasi Dengan Pemerintah Daerah

Sebarkan artikel ini

Gunungkidulpos – Kasus kesehatan mental di Kabupaten Gunungkidul dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

Menurut data dari Dinas Kesehatan Gunungkidul dilaporkan saat ini ada sekitar 1.650 pengidap ODGJ  yang tersebar di 30 Puskemas.

Bahkan, berdasarkan beberapa literatur menyebut Kabupaten Gunungkidul menjadi wilayah dengan jumlah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) keempat terbanyak di Indonesia.

Hal itu membuat perhatian khusus bagi para ahli kejiwaan baik nasional maupun internasional.

Direktur Indonesia Private Industri (IPI) M. Fitriansyah mengatakan banyaknya kasus orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Gunungkidul membuat pihaknya tergerak untuk berkolaborasi dengan pemerintah daerah.

Kolaborasi itu dimaksudkan untuk menanggulangi masalah kesehatan mental, dengan melibatkan ahli psikolog Indonesia dan konsultan internasional.

“Kami berupaya untuk membantu mengatasi persoalan-persoalan ini,” ujarnya.

Menurut dia, pihaknya berencana menjadikan Kabupaten Gunungkidul sebagai pilot project dalam kegiatan ini.

Hasil kolaborasi itu nantinya akan dibuat semacam modul atau program yang akan diaplikasikan untuk menanggulangi masalah mental di Kabupaten Gunungkidul.

“Kami mengumpulkan stakeholders untuk bersama-sama berdiskusi, apa saja yang menjadi faktor kesehatan mental di Gunungkidul. Dari hasil diskusi ini lah yang akan dikolaborasikan untuk membuat program atau modul tadi,” katanya.

Dia menambahkan, kolaborasi kesehatan mental ini tidak hanya digelar di Kabupaten Gunungkidul saja. Melainkan, beberapa wilayah lain seperti Semarang, Jawa Tengah, dan Sumatera.

“Selain Gunungkidul kami juga lakukan di Semarang dan Sumatera. Setidaknya nanti akan ada lima darah yang dijalankan di masing-masing daerah,” imbuhnya.

Konsultan kesehatan mental Australia Rahel Kremnizer mengatakan dalam pelaksanaannnya pihaknya tidak langsung menawarkan program untuk diterapkan dalam mengatasi masalah kesehatan mental.

Melainkan, melakukan survei dan diskusi terlebih dahulu dengan para pemangku kepentingan mulai dari Puskemas, Rumah Sakit, Dinas kesehatan, Dinas Pendidikan, hingga kader kesehatan.

“Jadi, dengan adanya diskusi ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari lokal terkait faktor kasus kesehatan mental yang terjadi. Nantinya, informasi ini akan digabung dengan berbagai literatur untuk mendapatkan modul yang tepat,” tutur dia.

Menurutnya, penyebab kesehatan mental di setiap daerah disebabkan oleh faktor yang berbeda-beda. Pasalnya, kesehatan mental sering dipengaruhi dari latar belakang kebiasaan ataupun budaya.

Dirinya pun berharap dengan adanya diskusi ini akan menghasilkan output yang bisa diterapkan di Kabupaten Gunungkidul.

“Klaborasi ini tetap akan mengadopsi nilai-nilai dari kebudayaan masyarakat setempat. Karena, tidak mungkin kami membawa program dari negara lain kemudian diterapkan di sini tentu tidak akan cocok,” ujarnya. (Byu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *