
Gunungkidulpos – Ponjong – Pasca viralnya kabar Mbah Sarno (84), mantan anggota Militer Sukarela yang berdomisili di Ponjong, Gunungkidul, yang nasibnya merana dan tinggal dibekas kandang ayam menyita perhatian publik.

Kisah hidupnya yang inspiratif, namun penuh perjuangan, ternyata menyentuh hati Presiden Joko Widodo, sehingga Presiden memberikan bantuan langsung kepada Mbah Sarno.
Bantuan diberikan pada Mbah Sarno pada Senin (05/8) pukul 15.00 WIB di kediamannya, oleh Staf Kepresidenan RI.
Penyerahan bantuan tersebut disaksikan oleh lurah setempat, serta masyarakat sekitar. Adapun menurut Penanggung Jawab Kehumasan Pimpinan dan Pemda DIY, Ditya Nanaryo Aji, pemberian bantuan tersebut dilakukan, karena sempat ramai di media mengenai kisah Mbah Sarno.
“Bantuan yang diberikan berupa sembako dan sejumlah uang. Presiden RI mengetahui hal ini dari pemberitaan media yang sempat viral. Karena kisah beliau ini, Presiden tersentuh dan mengirimkan bantuan. Mengingat, bahwa Mbah Sarno ini pernah berjuang untuk Indonesia RI, dalam pasukan militer sukarela. Semoga apa yang telah diberikan kepada Mbah Sarno, dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya,” ujar Ditya.
Mbah Sarno hidup seorang diri selama kurang lebih dari 20 tahun. Dirinya terlibat dalam Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora). Namun, hingga saat ini statusnya belum bisa menjadi veteran, meskipun sudah pernah mengajukan status veteran hingga dua kali sejak 2014.
Mbah Sarno juga pernah terlibat dalam pemberantasan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) hingga Operasi Trikora. Dirinya merupakan seorang anggota Militer Sukarela sejak 1960 tergabung dalam Batalyon Infanteri (Yonif) 409.
“Saya tugas mulai dari tahun 1960. DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) di Jawa Barat. Kedua di Sumatera pemberantasan PRRI. Ketiga kali di Sulawesi itu memberantas Kahar Muzakkar. Keempat kali itu ke Irian, merebut Irian Barat (Trikora),” ucap Mbah Sarno.
Pria renta ini juga berperan dalam memberantas anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1966-1967. Sebelum purna tugas, Sarno diberi penghargaan bintang sewindu. Penghargaan itu dia dapatkan setelah sembilan tahun bertugas. Mbah Sarno menyebut, sudah tidak menjadi anggota Militer Sukarela sejak tahun 1969.
“Saya tugas sampai 1969. Akhirnya sudah 9 tahun itu diserahkan saya sudah dapat bintang sewindu juga,” ujar Mbah Sarno.
Saat ini Sarno tidak berpenghasilan dan hidup sebatang kara. Ia tinggal di sebuah rumah kecil, bekas kandang ayam. Tak ada perkakas modern, hanya ada televisi kotak yang sudah rusak. Sehari-hari, untuk membunuh rasa sepi, Mbah Sarno hanya mendengarkan suara dari radio usangnya.
Agung Nugroho, Lurah Genjahan, Ponjong, mengatakan, Mbah Sarno merupakan salah satu warganya yang memang berkategori tidak mampu. Dirinya pun membenarkan bahwa Mbah Sarno dulu seorang pejuang.
Agung berharap bantuan kepada Mbah Sarno ini bisa terus berlanjut, tidak hanya dari satu pihak saja. Mengingat saat ini Mbah Sarno sudah berusia sangat lanjut, yaitu 84 tahun. Sehari-hari, dirinya tidak bekerja lagi karena usia lanjut. Untuk keseharian, keponakan Mbah Sarno lah yang menanggungnya. (Byu)






